Selasa, 26 Oktober 2010

Ah… Sial

             Pagi ini entah kenapa Aku bisa terbius ke tempat ini. Tak biasanya Aku memilih sebuah tempat duduk yang berada di salah satu sudut alun-alun kota. Beberapa tetes keringat masih meluncur dari dahiku. 3 putaran mengelilingi alun-alun ternyata membuat nafasku kontan naik turun tak berirama.
Mungkin 20 detik Aku kehilangan alam sadarku. Seutas senyum terkembang pada gadis nan ayu, dia tepat melintas disampingku. Dia sungguh mempesona.
“Sa, pulang yuk! Kita ada kuliah jam 7 neh.” Kata gadis itu.
Suaranya begitu lembut bagai lullaby bagiku.
“Aduh…Rahma, khan sekarang masih pukul 06.30.” timpal seorang gadis yang tepat berada di depannya.
“Ya deh…. Asal kamu nanti mandinya cukup 10 menit aja, dandannya 10 manit. Bakalan  pas klo perjalanan kita ke kampus Cuma 10 menit,” lanjut Rahma.
“Huh…. Jadi pulang neh?” Tanyanya lagi.
Rahma hanya mengangguk dan kemudian mereka berdua pergi. Sekali lagi Aku bisa melihat wajah nan ayu itu melintas di sampingku. Aku melihatnya sungguh seperti melihat bidadari. Melihatnya membuatku seakan diguyur hujan rintik-rintik, terasa dingin tapi menyejukkan. “Rahma” nama itu telah terukir rapi di otakku.
“Mas.. Kok mulutnya melongo seperti itu kenapa? Nanti kemasukan lalat lho..” ujar seseorang yang kebetulan lewat disampingku sambil terkekeh. ekspresinya yang membuatku ingin membunuhnya (sadis bener...). Aku tak tau siapa dia, yang jelas dia pasti orang usil.
“Kurang ajar... ganggu orang yang sedang terpesona.” Gumamku.
Akupun beranjak pergi. Hari ini kuliahku juga dimulai pukul 7 pagi, so pasti Aku harus cepat-cepat kembali. Tak sabar Aku ketemu teman-temanku, Aku ingin mengabari mereka kalau Aku menemukan bidadari.
♥ ♥ ♥

            Sebuah meja yang terletak di beranda kafe Warna Warni milik FAkultas Teknik lengkap dengan kursinya sudah berada dalam kekuasaanku, Koko dan Agung. Dengan memesan 3 cangkir cappuccino, kami sudah memiliki modal cukup untuk bisa nongkrong dan ngobrol di tempat ini sampai puas. (dengan biaya sekecil-kecilnya didapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Ha…Ha…)
 “Seberapa cantik sih dia?” Tanya Koko seusai Aku bercerita tentang Rahma.
“Apa hebatnya coba?” Agung juga memberi komentar.
“Gimana ya?” Aku berlagak berpikir keras. Lucu juga ngeliatin teman-temanku konsen dengerin ceritAku.
“Dia tu manis dan senyumnya… Wow.” Lanjutku.
“Dibandingin ama Icha incerannya Agung, siapa yang lebih wow?” Tanya Koko
“Kalau Icha khan pinter make-up makannya bisa cantik gitu. Icha yang juga seksi pasti bikin kita-kita yang berotak mesum jadi ngiler.” Jawabku
“Setuju.. Agung emang otak mesum.” Tutur Koko sambil tertawa terbahak-bahak.
Agung yang merasa terpojok lantas berkomentar.
“Fakta.. Icha memang unggul. Kalo Rahma gimana?”
“Rahma tu punya kecantikan natural, pipinya merona alami. Kulitnya yang kuning langsat makin menambah ayu. Satu lagi, senyumnya bikin Aku klepek-klepek..” Tegasku.
“Dah Waktunya Elektronika Analog nih.. masuk kelas yuk!” Ajak Agung.
            Kami bertiga pun lantas beranjak.
“Mas.. cappuccino nya belum dibayar.” Ucap salah satu pramusaji.
Oops...  Kami bertiga lupa untuk membayar uang sewa alias 3 cangkir cappuccino. Ini beneran lupa, bukan kesenggajaan yang telah kami rencanakan sebelumnya. Sekali lagi saya tekankan “kami kelupaan”. Masih belum percaya? Terserah..
“Malu-maluin.. Jadi turun harga pasaran” Keluh Koko setelah membayar di kasir. Di saat seperti ini ambil langkah seribu adalah jalan terbaik untuk kami bertiga. Sebelum lebih banyak lagi manusia-manusia yang mengetahui kesalahan kami. Hehe… Aku tertawa dalam hati.
♥ ♥ ♥
Jam dinding sudah menunjukan pukul 3 pagi, matAku belum juga terpejam. Denting jam dinding tiap detiknya seakan mengingatkanku untuk tetap terjaga. MatAku sesekali melirik ke Handphoneku yang tergeletak tak berdaya di sampingku. Tapi Aku mengurungkan niatku untuk memungutnya dan mencoba memencet-mencet tombolnya. Sekedar mencari seorang mangsa yang bersedia menemaniku mengobrol selarut ini.  Kenapa pikiranku penuh dengan Rahma? dia sungguh telah merasuki otakku. Sialan…. Umpatku dalam hati.
Tiba-tiba terlintas lirik lagu Maia,
            “Aku mau makan kuingat kamu
            Aku mau tidur juga ingat kamu
            Oh cinta... mengapa semua serba kamu”
Aku sedang jatuh cinta kesimpulanku, bukan kekaguman biasa.

Beberapa menit kemudian......
“Capek...” keluhku.
Aku telah mencoba beberapa posisi. Dari tengkurap, telentang, jongkok, kayang ataupun hanya duduk di pojok kamar tak bisa membuatku mengantuk. Malahan, sekarang kepalaku pening gara-gara mencoba kayang. Kucoba pejamkam saja mataku, sembari berkhayal berduaan dengan Rahma mungkin bisa membuat mimpiku bakalan indah seumpama nanti ketiduran.
♥ ♥ ♥
Siang ini Aku dan Agung sengaja mengikuti Koko ke kantin FAkultas Sastra. Meskipun tujuannya ke kantin, kami tidak sedang berburu makanan di sini. Padahal... perutku sudah keroncongan sedari pagi, dalam khayalku sudah ada konser musik sebagai aksi demo minta makan (emang ada ya?!?).
Tujuan sebenarya adalah membuktikan pada Koko bahwa Aku dan Agung adalah teman baiknya. Tentunya sebagai teman yang baik Aku dan Agung memberi kesempatan Koko untuk pamer pacar barunya yang kebetulan dari fAkultas Sastra.
“Teman.. Bidadariku ada disini.” Ucapku.
 Koko dan Agung kontan celingak-celinguk mencari-cari mahasiswi mana yang Aku bilang sebagai bidadari.
Tuhan.. apa yang harus Aku lAkukan? Apa Aku harus menyapanya? Aku harus ngomong apa kalau Aku berkenalan dengan dia hari ini? Aku belum mempersiapkan semuanya.. Aku ganteng g’ hari ini? Aku g’ Pe-De.  Tadi berangkat kuliah Aku belum mandi. Kepalaku pusing, pikiranku kacau, banyak bintang berputar-putar di kepalAku. Tidak....
“Rey, mana Rahma?” Tanya Agung sekaligus membuyarkan lamunanku.
“Gimana caranya kenalan ma dia y?” jawabku memelas dan sebenarnya g’ nyambung dengan pertanyaan dari Agung.
“Gini aja, biar Koko nyamperin ceweknya. Trus minta bantuan ceweknya buat ngenalin dia ke bidadari kamu tu. Mungkin aja ceweknya Koko kenal ama bidadari kamu”. Usul Agung. Aku hanya mengiyakan dengan satu anggukan kepala. Pasrah...
“Ok.. bentar y..”  tukas Koko, dia lantas menuju kumpulan mahasiswi yang di situ juga tempat bidadariku duduk.
Dalam hati Aku bersyukur, semakin dekat jarak untukku mendekati bidadariku. Tapi... Kok  Koko malah nyamperin bidadariku? Pake’ acara ngelus-ngelus rambut. Awas y... jangan mentang-mentang kamu temen baikku makanya Aku bisa ngalah sama kamu. Katanya sudah punya cewek tapi kok masih deket-deket cewek lain? Kok mereka ngobrol seru banget seh... sebenarnya yang mana ceweknya Koko?
“Wid, tu ceweknya Koko?” tanyaku.
“kayaknya.. Koko bilang namanya Nia, kalau g’ salah Rahmania nama panjangnya. Cantik juga ya? tapi, kayak nama inceran kamu tuh.” Ucap Agung.
Tanpa Agung sadari Aku segera beranjak pergi. Aku tidak mau ketahuan kalau ternyata inceranku adalah ceweknya Koko. Oh Tuhan.. Kenapa Aku bisa keliru memilih bidadari..


Bidadari...
Dalam mata terbuka kudapati dirimu telah temukan yang lain
Tapi....
Dengan mata tertutup Aku melihatmu bersamAku
♥ The end  ♥

note : malang 29 Agustus 2008

4 komentar:

  1. Koq kyk crita q ea...
    tp napa mesti lari, harusnya tu terus berjuang.
    karena merebut itu lebih mudah dari mencari...

    BalasHapus
  2. hanya sebuah cerpen,,^^
    n kadangkala lebih baik mengalah buat dapetin bidadari yang laen khan??

    BalasHapus
  3. cerpen kan juga jadi modal buat menambah niat ma...
    lo ati da co"k dengannya masa hrz rela tapi menderita?

    BalasHapus
  4. hahahaha,,, tapi terlalu menderita,, tengok ja di samping kiri kanan pasti da hati yang lain yg siap buat di taklukkan,,^^

    BalasHapus